Sunday, February 14, 2010

Bumi Pertiwi Berguncang Menyambut Insan Muda Indonesia

BUMI PERTIWI BERGUNCANG MENYAMBUT INSAN MUDA INDONESIA

Jakarta, 12 Febuary 2010

Apakah ada hubungan antara Bencana Alam (terutama Gunung Meletus dan Gempa Bumi) dengan peristiwa besar dalam Sejarah Sebuah Bangsa? Apakah Alam memberi isyarat atau pertanda akan terjadinya peristiwa besar dalam sejarah anak manusia sebuah Bangsa yang mendiami tanah tersebut? Saya tidak bisa menjawab hal ini dengan suatu pernyataan bernada pasti dalam tanda seru yang besar, namun saya jadi teringat pada potongan lirik lagu Ebiet G Ade berjudul “Berita Kepada Kawan”, yang selalu dipedengarkan kembali di Stasiun TV maupun Radio manakala Negeri ini terguncang bencana alam:

[….]
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
[….]

(Berita Kepada Kawan, Ebiet G Ade)

Yang jelas ‘rumput yang bergoyang’ takkan bisa menjawab sebab musabab azab alam yang dideritakan pada anak-manusia yang mendiaminya. Apakah Tuhan dan Alam melampiaskan rasa Murka atau Suka, ‘rumput bergoyang’-pun tak akan tahu. Akan tetapi Sejarah Manusia mencatat beberapa kali terjadi Tindakan Alam yang berupa Gempa Bumi dan Gunung Meletus yang seakan merupakan signal isyarat yang diberikan Tuhan YME dan Alam kepada Manusia akan Suatu Perubahan Besar dalam Sejarah Sebuah Bangsa.


China, Era Dinasti Han Timur, Masa Pemerintahan Kaisar Han Ling Di (168-189 M)
Bencana alam senantiasa menghiasi lukisan kusam rezim Kaisar Han Ling Di. Banjir Bandang, Kekeringan, Gempa Bumi, semua azab alam dalam wajah paling kejam silih-berganti melanda China. Bahkan tercatat dalam Romance of The Three Kingdom (Kisah Tiga Kerajaan), di suatu tempat di wilayah China, secara ajaib Ayam Jantan berubah menjadi Ayam Betina.

Memang saat itu Dinasti Han Timur (25 – 220 M) sedang mengalami kebobrokan yang akut. Kaisar Han Ling Di lebih memilih melewati hari-harinya dengan pesta pora, mabuk-mabukan dengan minuman keras, dan wanita penghibur. Ia melalaikan tugas pemerintahan dan menyerahkan jalannya pemerintahan kepada Dewan Sida-Sida (Kaum Kebiri Istana) yang dikepalai oleh Zhang Rang yang begitu Korup. Praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dipraktikkan dengan telanjang, blak-blakan, dan tanpa rasa sungkan. Para Pejabat Negara yang Bersih dan Jujur, disingkirkan, difitnah, dan dibunuh. Dinasti Han bobrok dalam ketidakberdayaan, digerogoti dari dalam oleh para penyelenggara negaranya sendiri. Dan memang, seakan sederetan bencana alam tersebut mungkin menyiratkan sudah tercabutnya mandat langit (Tien-Ming) dari Kekaisaran Dinasti Han. Pemberontakan Destar Kuning (184-205), yang berawal dari sebuah Sekte Keagamaan Sinkretis Taoisme dan Ilmu Kebatinan, merobek-robek China, meskipun akhirnya berhasil ditumpas dengan susah payah oleh Pemerintah. Dinasti Han yang sudah kehabisan energi, kemudian akhirnya menyerah pada Perang Saudara antara Penguasa Militer Daerah, untuk kemudian Punah dalam Niskala pada 220 M. China masih terpecah untuk 60 tahun kemudian, diwarnai oleh Perang Saudara Panjang nan Seru antara Tiga Kerajaan: Shu, Wu, dan Wei, yang tak kalah kejam dengan Perang Saudara Bharatayudha antara Pandawa dan Kurawa memperebutkan Tahta Hastinapura. Sama seperti Mahabharata, Perang Saudara antara sesama Bangsa China memperebutkan sisa Kekuasaan Dinasti Han, diabadikan dalam “The Romance of The Three Kingdoms” (Kisah Tiga Kerajaan / Sam Kok).

Dalam sadar, sebagai manusia, kita selalu mengagungkan nilai-nilai perdamaian, kerjasama, toleransi, yang disebut oleh Stephen R Covey dalam bukunya “Seven Habits of Highly Effective People” sebagai Interdependensi (Interdependence). Akan tetapi, apakah dalam alam bawah sadar sebenarnya kita menyimpan sebuah nafsu dan naluri kebinatangan yang kejam nan membunuh seperti diformulasikan oleh Sigmund Freud; Sang Bapak Ilmu Psikologi dan Psikoanalisa; sebagai ID dalam tataran model ID-Ego-SuperEgo? Hal ini jelas terihat dengan laris-manis dan abadinya seni-budaya yang mencitrakan kekerasan dalam bentuk paling ekstrimnya, seperti: Film Action, Film Perang dalam karya seni-budaya modern, sampai Epos Kuno semacam Illiad, Oddyssey (Yunani), Mahabharata (India), dan juga Romance of The Three Kingdoms (China). Disinilah letak pentingnya Pendidikan Moral dan Akhlak, sebagai penyeimbang komplementer dari Pendidikan Intelegensia untuk membentuk INSAN MUDA INDONESIA seutuhnya, paripurna dalam Kecerdesan Intelegensia, Moral, Akhlak, Sosial dan Spritual dalam model ESQ (Emotional Spiritual Quotient)-nya Ary Ginanjar Agustian.

China, 28 July 1976
Gempa Bumi dengan kekuatan 7.8 Skala Richter meluluh-lantakkan Kota Tangshan. Kerusakan yang diakibatkan Gempa Bumi Tangshan ini begitu hebatnya: tercatat 242,000 jiwa tewas, dan kerugian diperkirakan 10 Milyar RMB (dalam kurs Rupiah saat ini kurang lebih Rp 15 Trilyun), membuatnya ditahbiskan masuk ke dalam deretan Gempa Paling Merusak di abad ke-20 pada urutan ke-1, dan Gempa Paling Merusak Sepanjang masa pada urutan ke-2 (Setelah Gempa Shaanxi, China; tahun 1556 di urutan ke-1 yang diperkirakan menelan korban jiwa sekitar 830,000 jiwa).

Bangsa China yang telah berkebudayaaan 5000 tahun amat telaten dan tekun mencatat Sejarahnya. Sama seperti Kitab Pararaton dan Negarakertagama yang dianggap sebagai Teks Kuno yang mencatat Babad Dinasti Majapahit, Sejarah China mengenal 24 kitab kuno (Twenty-Four Histories) yang telah disepakati bersama oleh Para Sejarahwan China Modern sebagai Kanon Sejarah China yang valid. Twenty-Four History adalah 24 kitab-kuno tulisan para Sejarahwan China Kuno yang setiap Bukunya didedikasikan mencatat Babad-Hikayat Suatu Masa-Dinasti dan Kaisar-Kaisar yang memerintah dalam Dinasti tersebut. Penulisan Sejarah Suatu Dinasti adalah tugas dari Sejarahwan dari Dinasti Selanjutnya. Terdapat suatu keberlangsungan dan kontinuitas dalam pencatatan Sejarah, sehingga Sejarah benar-benar dihargai. Dan bila hari ini Peradaban Bangsa China Modern dipuji dan puja oleh Dunia, dan didaulat menjadi Super-Power Dunia yang siap menggantikan Amerika Serikat, ada baiknya kita mengingat kembali Sabda terakhir Putra Sang Fajar Bung Karno sebagai Pemimpin kepada Bangsa Indonesia pada Pidato Proklamasi 17 Agustus 1966: JASMERAH (Jangan Sekali-Kali Meninggalkan Sejarah) agar Bangsa Indonesia. Sejarah membuktikan pada Bangsa China dan Dunia bahwa: Bangsa China yang selalu Menghargai Sejarah, terlah menjadi Protagonis dalam Episode sebuah Drama Kebangkitan dan Puncak Kejayaan sebuah Bangsa yang pernah dijuluki “Sick Man of Asia” pada abad ke 19-20 oleh Negara-Negara Imperialis Barat dan Jepang yang menggerayangi Kedaulatan China yang pada masa itu diperintah Kekaisaran Dinasti Qing (1644-1912). Sick Man of Asia sudah ber-transformasi menjadi Superpower of the World.


Tradisi China amat mempercayai terjadinya Bencana Alam Dahsyat sebagai pertanda alam semesta yang akurat memberikan simbol bagi terjadinya perubahan besar dalam Sejarah Bangsa China). Twenty-Four Histories kaya dengan cerita-cerita Bencana Alam yang mejadi Epilog tumbang-runtuhnya sebuah Rezim Dinasti Lama untuk digantikan oleh Pemerintahan Sebuah Dinasti Baru menjadi Epilog-nya. Bencana Alam adalah Suatu pertanda peralihan sebuah zaman sebelumnya dan sesudahnya, Dialog antara Alam dan Manusia melalui Isyarat dan Pertanda akan Suatu Peralihan sebuah Zaman, dan Zaman Peralihan menuju ke Zaman berikutnya!

Gempa Bumi 28 July 1976 seakan memperingatkan sesuatu yang amat besar akan terjadi dalam Sejarah China, dan Seluruh Negeri China sudah bersiap dengan gelisah. Kurang dari 2 bulan kemudian, tepatnya pada 9 September 1976, Mao Ze Dong (1893-1976), Sang Pemimpin Agung, yang masih dipuja bak dewa sampai hari ini meninggal dunia setelah lama tidak muncul di muka public China, karena terasing dalam sakit yang menggerogoti renta tua usianya. Mao Ze Dong, sama Seperti Soekarno, adalah Founding Father bagi Republik Rakyat China, yang diproklamasikan oleh Mao dan kawan-kawan seperjuangannya pada tanggal 1 Oktober 1949, setelah memenangkan Perang Saudara melawan Pemerintahan Nasionalis Kuomintang (1911-1949) di bawah pimpinan Chiang Kai-Shek (1887-1975). Wafatnya Mao Ze Dong tidak lama setelah Gempa Tangshan, setelah sebelumnya diawali dengan meninggalnya Dua Begawan Revolusi Komunis China lainnya (yang juga merupakan Kawan Seperjuangan Mao selama Revolusi): Zhou En Lai pada 8 January 1976, dan Zhu De pada 6 July 1976, telah membuat 1976 dikenang dalam Sejarah China Modern sebagai “Year of Curse” (Tahun Terkutuk).

Bangsa China meyakini Konsep Yin-Yang yang digali dari Filosofi Taoisme dari Masa China Kuno. Konsep Yin-Yang meyakini bahwa ada unsur positif dan negatif dalam setiap hal, ada hikmah dibalik setiap musibah, dan ada bahaya di setiap bahagia. Apabila Gempa Tangshan ini hendak kita telaah dengan pendekatan Yin-Yang. Maka Bencana Tangshan mempunyai akhir cerita yang tidak terlalu buruk. Meski Kota Tangshan lebur hancur lantak dalam Gempa Tangshan 28 July 1976 karena sebagian besar Bangunan dibangun dengan material yang tidak-tahan-gempa berdiri di atas Tanah Aluvial yang rapuh, namun Pemerintah RRC segera membangun kembali Kota Tangshan secara besar-besaran, melengkapinya dengan infrastruktur modern, dan akhirnya jadilah Kota Tangshan Baru yang Modern dan Indah. Kota Tangshan juga diberi gelar “City of the Brave” (Kota Para Pemberani) oleh Pemerintah RRC untuk mengenang jiwa-raga yang tewas dalam Gempat Tangshan 28 July 1976. City of The Brave was built after The Year of Curse.

Bagi Bangsa China, Bencana adalah Pertanda yang diberikan Alam untuk sebuah Keruntuhan dari Suatu Kemapanan yang sudah Kadaluwarsa untuk Pembentukan Sebuah Awal Baru yang lebih Segar, Dinamis, dan Progresif. Yin dan Yang; Baru dan Lama; Baik dan Buruk, Tesa dan Anti-Tesa yang bersintesa dalam suatu Dialektika yang Dinamis.

Gunung Kelud, Hindia Belanda, 22 – 23 Mei 1901
Gunung Kelud, yang terletak di perbatasan Kabupaten Blitar dan Kediri meletus. Letusan dimulai pada pukul 00:00 – 01:00 WIB, dan mencapai puncaknya pada pukul 03:00. Penduduk setempat sebagai bagian dari yang amat mempercayai mistik; seakan melihat Letusan Gunung Kelud ini sebagai suatu pertanda alam. Memang, Bumi dan Manusia Hindia-Belanda pada saat itu telah melewati banyak penderitaan di bawah Penindasan Sistem Imperialisme-Kolonialisme Kerajaan Belanda sejak 1800.

Perlawanan-demi-perlawanan
, Pemberontakan-demi-pemberontakan, tumbang satu demi satu dalam kegagalan dan tragedi. Perang Diponegoro, sebagai Perlawanan terhebat terhadap Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda telah berakhir 70 tahun sebelumnya pada 1830. Sejak saat itu, satu demi satu wilayah Nusantara dianeksasi oleh Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, agresi hanya bisa dilawan Manusia Nusantara dengan epilog tragedi kekalahan demi kekalahan: Minangkabau – Imam Bonjol (1837), Banjarmasin – Pangeran Antasari (1863), Lombok (1894). Seluruh Nusantara hampir semua berhasil dimasukkan ke dalam kekuasaan Imperialisme Belanda sampai saat itu, kecuali Tapanuli yang baru berhasil ditaklukkan tahun 1907, dan Aceh yang tidak pernah berhasil benar-benar ditaklukkan. Gunung Kelud meletus, pada saat harapan dan asa Manusia Nusantara berada pada titik nadir terendahnya. Letusan Gunung Kelud membuat Manusia-Jawa yang sangat mistis itu berusaha mecari arti dan tafsir dibalik pertanda alam yang kurang ramah tersebut. Tepat Dua Minggu Kemudian, 6 Juni 1901, Kusno dilahirkan dari rahim Idayu Nyoman Rai Serimben. Ayahnya adalah Raden Sukemi Sosrodiharjo. Bayi itu tumbuh dewasa, dan kemudian lebih dikenal dengan nama SOEKARNO yang kemudian menjadi Pemimpin yang berhasil mempersatukan seluruh Bangsanya dalam suatu Revolusi Maha-Dahsyat, yang akhirnya membebaskan Manusia Nusantara dari Penjajahan Belanda yang 44 tahun sebelumnya tampak tidak mungkin dan tidak dapat terkalahkan sama sekali. Letusan Gunung Kelud 22-23 Mei 1901 adalah sebuah pertanda alam untuk lahirnya Sang Pemimpin Pembebas Bangsa Indonesia.

10 January 2010, Tasikmalaya, 07:25 WIB
Gempa Bumi terjadi [lagi] di Tasikmalaya dengan kekuatan 5.4 SR, setelah belum lama sebelumnya, pada 2 September 2009, Tasikmalaya terguncang Gempa Bumi dengan kekuatan 7.3 Skala Richter yang berefek cukup parah. Namun berbeda dengan Gempa Bumi 2 September 2009 yang terjadi 4 bulan sebelumnya, Gempa Bumi Tasikmalaya kali ini, yang terjadi pada 10 January 2010, jauh lebih ringan, baik dalam kerugian material maupun kerugian jiwa. Gempa Tasikmlaya 10 January 2010 ini hanya menelan satu orang korban jiwa, Upun Wihardis (65 tahun), warga Kampung Wates, Desa Sinarbakti, karena serangan jantung. Gempa Tasikmalaya 10 January 2010 yang terjadi pada pukul 07:25 ini seakan memberikan sebuah Pertanda Alam akan kebangkitan kembali Bangsa ini yang sudah lama terbenam dalam krisis-keterpurukan multidimensi, dan juga ketidak-percayaan-diri. Mungkin Alam sudah bosan pada ulah-polah-tingkah Manusia Indonesia yang sudah begitu dekaden, korup, egois. Bangsa Indonesia sudah cukup terpuruk dan menderita. Alam memberi pertanda lewat Gempa Tasikmalaya 10 January 2010 pukul 07:25 WIB pagi, akan suatu peristiwa penting bersejarah yang terjadi di Ibukota negeri, Jakarta, kurang lebih 35 menit sesudahnya, pukul 08:00 WIB.

10 January 2010; Jakarta, Stasiun RRI, 08:00 WIB, Siaran PRO2FM
Insan Muda Indonesia mendapatkan kesempatan untuk mengkomunikasikan Visinya untuk Mimpi Indonesia Jaya, pada pukul 08:00. Acara dipandu oleh Penyiar PRO2FM, Yanti Yusfid. Insan Muda Indonesia diwakili oleh Agus Salim (Wakil Ketua Umum), dan Imanuella Debora (Sekjen). Kedua Insan tersebut begitu berapi-api dalam menyerukan Api Nasionalisme Indonesia selama sejam acara disiarkan. Banyak sekali SMS yang masuk sebagai bentuk dukungan pada Insan Muda Indonesia dan cita-cita sucinya. Sangat mengharukan ketika Lagu Mars Insan Muda Indonesia disiarkan on-air ke seluruh penjuru nusantara melalui corong PRO2FM. Lagu Mars Insan Muda Indonesia adalah sebuah lagu yang didedikasikan oleh Doline Warnerin, seorang putera Tasikmalaya, pencinta Indonesia Sejati, sebagai pengejawantahan simpati dan apresiasi Doline atas cita-cita Insan Muda Indonesia.

10 January 2010, Tasikmalaya berguncang oleh gempa bumi hebat pada pukul 07:25, tanpa korban jiwa sebagai akibat langsung dari bahasa-isyarat-alam itu, karena memang Alam berguncang kali ini bukan untuk memberi azab dan hukuman, akan tetapi untuk berseru dengan penuh suka cita, akan lahirnya sebuah harapan baru bagi Indonesia. Tasikmalaya berguncang karena bangga akan karya seorang putranya, Doline Warnerin: Lagu “Insan Muda Indonesia” yang akan menjadi lagu perjuangan, lagu pemersatu bagi seluruh Manusia yang berdiam dari Sabang sampai Merauke, yang sudah bosan pada keterpurukan, yang sudah muak pada rasa inferior akan sebuah nama Indonesia.

Terimakasih Alam, Terimakasih Tasikmalaya, Terimakasih Doline Warnerin
Terimakasih Indonesia.

Insan Muda Indonesia Sudah Siap untuk Mengemban Amanat Sejarahnya: Mendengungkan Teriakan Persatuan, dan Berbagi Suatu Mimpi Indah untuk Indonesia Jaya, Indonesia sebagai Mercusuar Dunia!

Tangshan, China, 1976. Tangshan diberi nama City of The Brave oleh Pemerintah Republik Rakyat China sebagai penghargaan atas para korban Gempa Tangshan. They have died, as ‘The Braves’ never be able to witness the mighty of China today.

Indonesia, Mulai 10 January 2010 sampai Akhir Zaman
Setelah Gempa Tasikmalaya, pukul 07:25 yang menyambut cita-cita Indonesia Jaya yang disabdakan Insan Muda Indonesia melalui RRI PRO2FM 35 menit kemudian pada pukul 08:00 WIB, maka untuk seterusnya sampai akhir zaman, Indonesia akan selalu menjadi The Nation of The Braves. Indonesia adalah Bangsa Para Pemberani.

Terimakasih bagi para pendengar yang sempat mendengarkan siaran live on-air Insan Muda Indonesia. Terimakasih pada Mbak Yanti Yusfid yang telah memandu acara yang begitu emosional dan menggelora oleh seruan-seruan Agus Salim dan Imanuella Debora dari Insan Muda Indonesia. Terlebih kepada para pendengar yang sempat mengirimkan SMS berisi pertanyaan maupun pernyataan, saran maupun kritik, Terima Kasih Banyak!

Kepada Keluarga Bapak Upun Wihardis (65 tahun) yang telah meninggal akibat serangan jantung pada Gempa Tasikmalaya, Insan Muda Indonesia mengucapkan Bela-Sungkawa yang sedalam-dalamnya. Insan Muda Indonesia berdoa bagi arwah Pak Upun Wihardis, agar semua amal-ibadahnya diterima di sisi Tuhan YME.

Kepada Seluruh Bangsa Indonesia: Marilah mulai hari ini, kita menjadi seorang pemberani. Berani meleburkan ego-ego dan identitas-identitas sempit kita, entah itu suku, agama, ras, mapun golongan, untuk bersatu di bawah Sang Saka Merah Putih. Berani Mencintai Ibu Pertiwi Indonesia, dan Berani Berbagi Mimpi: INDONSIAN DREAM: Sebuah Indonesia yang Jaya, Makmur, dan Adil seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 yang telah merupakan surat wasiat Para Pendiri Bangsa Ini.

“Kalau mati dengan berani. Kalau hidup dengan berani. Kalau keberanian tidak ada—itulah sebabnya semua bangsa asing bisa jajah kita.”
(dari Novel :”Larasati”, karya Pramoedya Ananta Toer)


- Agus Salim -

No comments:

Post a Comment