Sunday, February 14, 2010

DUKUNG IMI PEDULI SUMBAR: SEMUA BERSATU UNTUK SEMUA!

DUKUNG IMI PEDULI SUMBAR: SEMUA BERSATU UNTUK SEMUA!

Jakarta, 17 Desember 2009

Karl Marx (1818-1993), salah seorang Filsuf Jerman yang dianggap paling gemilang pada zamannya, pernah menulis: “History Repeats Itself, First as Tragedy, Second as Farce”. Sejarah Selalu Berulang, Pertama sebagai Tragedi, dan Kedua kalinya sebagai Lelucon. Ungkapan ini seakan begitu paralel dengan kedua-tanggal yang identik dengan tragedi dan kesan tertumpahnya darah Anak Bangsa dalam sejarah Bangsa Indonesia: Tanggal 30 September dan 1 Oktober. Sejarah Berulang di kedua tanggal tersebut.

Tahun 1965, 30 September – 1 Oktober
Persuaan Bangsa Indonesia dengan Tanggal 30 September dan 1 Oktober pertama kalinya adalah pada tahun 1965. Sekelompok perwira yang sebagian besar tergabung dalam Kesatuan Pasukan Cakrabirawa dibawah pimpinan Letkol Untung Samsuri dan Kolonel Abdul Latief yang bermarkas di Bandara Udara Halim Perdanakusumah mengadakan aksi penculikan yang ditargetkan pada 7 Jenderal pucuk pimpinan Angkatan Darat saat itu. Ketujuh Jenderal tersebut dicurigai membentuk Dewan Jenderal yang berniat melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah di bawah Presiden Soekarno saat itu. Rencana Letkol Untung dan Kol Latief yang menamakan dirinya Gerakan 30 September itu akhirnya berkembang menjadi sebuah rangkaian peristiwa aneh nan misterius yang bahkan belum terungkap jelas sampai hari ini. 30 September – 1 Oktober 1965 adalah kedua tanggal yang akhirnya menentukan arah sejarah Bangsa Indonesia 30 tahun ke depan.

Walau dalang dibalik Gerakan 30 September itu belum jelas sampai saat ini, hasil akhir dari peristiwa itu sama-sama kita ketahui: 6 Jenderal Puncak Angkatan Darat dan Seorang Kapten Angkatan Darat dibunuh dan dimasukkan ke dalam Sebuah Sumur Sempit di Lubang Buaya, PKI dipaksa menjadi Antagonis Sejarah dengan Posisi Tertuduh sebagai Dalang peristiwa yang awalnya terkesan sebagai konflik intern dalam tubuh Angkatan Darat tetapi kemudian dideviasikan oleh pihak yang berkepentingan sebagai sebuah upaya Perebutan Kekuasaan (coup de’tat) terhadap Pemerintahan yang Sah di bawah Presiden Soekarno, sang Pemimpin Besar Revolusi. Soekarno sendiri akhirnya terjungkal dari posisi pucuk kepemimpinan bangsa.

Seluruh Lapis Strata Sosial terpengaruh oleh Tragedi ini: Menteri, Anggota Parlemen, Anggota TNI, Aktivis Pemuda, Cendekiawaan, Budayawan, Sastrawan, bahkan sampai Wanita Pekerja Seks Komersial, asalkan mereka dianggap sebagai pihak-pihak Pro Soekarno atau PKI, ditangkap, dibunuh, ditahan tanpa proses pengadilan yang jelas, dan diberi cap PKI yang terus melekat sampai ke keturunan berikut bagaikan kutuk yang lebih terkutuk dari Kutukan Empu Gandring. Tak terbilang Anak Bangsa yang tidak tahu-menahu dan tidak ada sangkut pautnya dengan Malam Jahanam 30 September – 1 Oktober 1965, telah terkorban: kehilangan hidup, atau penghidupannya sebagai manusia.

Diperkirakan korban nyawa sebanyak 500,000 – 3,000,000 manusia Indonesia telah menjadi tumbal dari perang semua melawan semua (istilah Thomas Hobbes dalam bukunya Leviathan) yang terjadi dan seakan dibiarkan terjadi, untuk tegaknya sebuah kekuasaan yang menamakan dirinya Orde Baru untuk 33 tahun ke depan. 30 September dan 1 September 1965: Prolog dari sebuah episode Drama dengan Judul: Darah Tumpah untuk Pertumpahan Darah yang Lebih Besar Lagi – dalam lembar hitam nan kelam Sejarah Bangsa Indonesia! Ibu Pertiwi Indonesia hanya bisa menangis tersedu-sedu dalam raungan pilu di pojok sejarah, sementara anak-anaknya terlibat dalam ‘perang semua-melawan-semua’ yang kejam dan tanpa belas ampun.

Tahun 2009, 30 September – 1 Oktober
Sejarah Berulang bukan sebagai Lelucon, seperti pernah disabdakan Karl Marx, akan tetapi sebagai Tragedi yang jauh lebih tragis, kejam, dan pilu.

Gempa Bumi terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September 2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang. Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Pada hari Kamis 1 Oktober terjadi lagi gempa kedua dengan kekuatan 6,8 Skala Richter, kali ini berpusat di 46 km tenggara Kota Sungaipenuh pada pukul 08.52 WIB dengan kedalaman 24 km. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Sumatera_Barat_2009)

Total kerugian materiil akibat gempa 7,9 skala Richter, diikuti tanah longsor di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), 30 September 2009 ditaksir mencapai Rp21,58 triliun. Kerugian terbesar akibat kerusakan perumahan, 74 persen. Korban tewas sampai 1.195 orang. (Sumber: http://www.beritabaru.com – Gempa Sumbar, Total kerugian Rp 21 Trilyun; Minggu, 15 November 2009, Nazir Amin)

Indonesia kembali Menangis, tenggelam dalam lautan air mata, darah, dan timbunan mayat yang sudah tidak bernyawa lagi. Daging, Tulang, Darah, dan Air Mata bercampur dengan reruntuhan bangunan, terlukis di bumi Sumatera Barat, dengan Alunan Raung Tangis, Keluh Sedih, Kesah Pilu, dan Sengah Perih menjadi latar belakang musik tragis yang mewarnai mosaik episode Gempa Sumatra Barat. Kekasih Terpisah, Keluarga Tercerai, Kerabat Terberai.

Apabila eposide Pasca 30 September – 1 Oktober 1965 adalah sebuah lakon “Semua Melawan Semua” ala “Leviathan”-nya Thomas Hobbes atau Perang Paregrek (1404) yang merupakan Perang antara sesama Majapahit antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana, yang akhirnya mendesak Dinasti Majapahit yang sebelumnya begitu kokoh perkasa di orbit tahta kejayaannya menuju ke ufuk kemundurannya untuk kemudian terbenam selamanya dalam debu tanah sang kala sebagai Fosil Sejarah. Hal ini berbeda dengan Gempa Sumatra 30 September – 1 Oktober 1965, yang merupakan lebih mirip alur cerita dalam film bergenre Disaster Movie produksi Hollywood seperti “2012”, “Twister”, “The Day after Tommorrow”, “Volcano”, “Dante’s Peak” dsb. Ini adalah sebuah Moment-Of-Truths, dimana segenap anak manusia bersatu-padu untuk bersama-sama menyelamatkan diri dari kejamnya bencana alam, dan membangun kembali kehidupan pasca bencana. “Semua Ber-SATU untuk Semua”.

Insan Muda Indonesia, sedih dan prihatin pada penderitaan saudara-saudari Sebangsa dan Setanah-Air kita di Sumatera Barat, melalui kegiatan “IMI Peduli Sumbar” akan menurunkan langsung 6 relawan IMI dari Jakarta pada tanggal 26 – 29 Desember 2009 ke Desa Padang Alai, Siungai Gringging, dan Kuraitaji. Ketiga Desa tersebut telah hilang selamanya dalam Peta Sumatera Barat terbenam dalam timbunan tanah akibat longsor pasca Gempa Sumbar 30 September – 1 Oktober 2009, namun masih ada penduduk yang selamat dan tetap melanjutkan hidup sampai hari ini. Insan Muda Indonesia akan turun langsung ke ketiga desa tersebut untuk membangun 3 Buah Musholla, 2 Buah MCK (Mandi Cuci Kakus), dan 1 Tempat Tinggal Sementara (Shelter), dan melakukan ‘Trauma-Healing” pada penduduk ketiga desa tersebut untuk tetap bersemangat GARUDA, dan kembali bersama-sama dengan Seluruh Bangsa Indonesia membangun kembali Desa mereka. IMI telah memiliki Posko di Jl. Sudirman no 86A, Padang Pariaman, Sumbar dan saat ini, seorang relawan IMI (Bapak Farchat) telah berada di sana untuk kemudian bergabung dengan keenam relawan lainnya yang akan menyusul kesana pada tanggal 26 Desember 2009.

Bagi Saudara-Saudara Sebangsa dan Setanah Air yang bersimpati pada penderitaan Saudara-Saudara kita di Sumbar, dan tergerak untuk menyalurkan dukungan dalam bentuk uluran dana untuk kegiatan “IMI Peduli Sumbar Desember 2009”, dapat mentransfer ke rekening:

BANK JABAR BANTEN
a/n Yayasan Citra Insan Teladan
No Rekening: 0008933863001
(Dapat ditransfer dari Bank manapun termasuk BCA dan Bank Mandiri, tanpa biaya apapun)

Indonesia masa kini banyak berhutang pada Sumatera Barat yang telah melahirkan putra-putra terbaiknya, seperti: Drs. Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, Abdul Muis, KH Agus Salim, Muhammad Yamin, HR Rasuna Said, Mohammad Natsir, AK Gani, Mr. Assaat, Buya Hamka, Marah Rusli, Nur Sutan Iskandar, Nazir Datuk Pamuncak, Taufiq Ismail, PK Ojong, dan masih banyak lagi. Mereka adalah: Negarawan, Pejuang Kemerdekaan, Ideolog, Politisi, Ulama, Sastrawan, Jurnalis, yang telah mempersembahkan cipta, rasa, karya, dan karsa dalam seluruh hidupnya bagi Indonesia. Nama-nama mereka akan selalu mengharumkan Sumatera Barat dalam INDONESIAN HISTORY HALL OF FAME.

Mari bersama-sama kita bangun kembali Sumatera Barat yang telah banyak memberikan kontribusi bagi Kemerdekaan Indonesia dan juga Peradaban Indonesia Modern.

SEMUA ber-SATU untuk SEMUA! Bangkitlah Sumatera Barat!

Sejarah Berulang, Pertama sebagai Tragedi, Berikutnya sebagai Moment Sejarah untuk BERSATU demi INDONESIA YANG LEBIH BAIK LAGI!
(Insan Muda Indonesia, 17 Desember 2009)

1 comment:

  1. Casino Site ᐈ Online Casino | Lucky Club
    Sign up with Lucky Club and get your sign up bonus today! Find all the latest promotions and offers from Lucky Club and win big! Rating: 4.6 · luckyclub.live ‎3 votes

    ReplyDelete