Sunday, February 14, 2010

25 Desember, Juruselamat Vs Iblis, Angka 33, dan Ke-INDONESIA-an

25 Desember, Juruselamat Vs Iblis, Angka 33, dan Ke-INDONESIA-an

Jakarta, 30 Desember 2009

Di seluruh dunia, secara global tanggal 25 Desember diperingati sebagai Hari Natal (Christmas Day). Hari Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember setiap tahun, adalah Hari yang memperingati Kelahiran Yesus Kristus (Isa Al-Masih) yang diyakini oleh Umat Nasrani, baik Protestan maupun Katholik, sebagai Tuhan yang telah lahir ke dunia menjadi manusia untuk menjadi Juruselamat bagi segenap umat manusia yang telah jatuh ke dalam jurang terdalam dosa warisan Adam dan Hawa.

Umat Kristen di Indonesia sebagai bagian dari Umat Kristen Dunia, juga selalu merayakan Hari Natal setiap tanggal 25 Desember setiap tahunnya dengan penuh sukacita, gegap-gempita, dan kemeriahan, meskipun mayoritas penduduk Indonesia secara statistik beragama Islam. Itulah Indonesia, sebuah keajaiban dunia, dimana sebagai Negara Islam terbesar di Dunia, Islam diamalkan dengan begitu toleran, terbuka, dan egaliter, dimana pemeluk agama lain juga boleh memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing seperti dijamin dalam Pasal 27 UUD 1945. Para Bapak Bangsa Pendiri Negeri tercinta ini (Founding Fathers) telah mewariskan suatu sistem ketatanegaraan “Bhinneka Tunggal Ika” yang beradab, adihulung, dan tiada-dua tandingannya dalam hal nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan pluralisme sebagai teladan bagi bangsa-bangsa lain di dunia ini. Inilah Takdir Sejarah Bangsa Garuda: Bahwa Indonesia memang sudah ditetapkan dalam suratan-takdirnya untuk menjadi Bangsa yang Besar, Jaya, sebagai Mercu-Suar Dunia. Indonesia BISA, PASTI BISA, dan HARUS BISA!

Tanggal 25 Desember sebenarnya bukanlah Hari Kelahiran Yesus berdasarkan fakta historis. Herbert W Armstrong (1892 - 1986) dalam bukunya The Plain Truth About Christmas, menyatakan bahwa tradisi perayaan 25 Desember sebagai Hari Kelahiran Yesus [baru] mulai dilakukan oleh Gereja Katolik Roma pada abad ke-4 Masehi. Tanggal 25 Desember sebenarnya adalah Hari Kelahiran Dewa Matahari dalam Sistem Kepercayaan Pagan Romawi yang kemudian dijadikan Hari Peringatan Kelahiran Yesus mulai abad ke-4 M, setelah Agama Kristen ditetapkan menjadi Agama Negara oleh Kekaisaran Romawi di tahun 313 M pada masa pemerintahan Kaisar Constantine I (ca. 272 – 337). Ajaran Yesus Kristus berakar pada Tradisi Yahudi. Tradisi Yahudi hanya mengenal perayaan Hari Kematian dari tokoh-tokoh ternama, dan Hari Kelahiran tidak dirayakan sama sekali. Perayaan Hari Kelahiran adalah Tradisi dalam Kepercayaan Pagan Romawi, dimana Hari Kelahiran setiap Dewa-Dewi Mitologis dan juga Kaisar demi Kaisar dirayakan secara besar-besaran.

Setelah kematian Yesus di atas kayu salib, para penganut ajaran Yesus harus terus bersembunyi karena dikejar-kejar, ditangkapi, dibunuh, dan dijadikan mangsa bagi binatang buas di arena Gladiator oleh Rezim Kerajaan Romawi, sampai akhirnya Kaisar Constantine I menganut Agama Kristen dan menetapkannya menjadi Agama Negara melalui Edict of Milan (313 M) barulah Kekristenan mendapatkan tempat yang terhormat dan dapat berkembang pesat dan tersebar ke seluruh belahan dunia yang berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Roma. Seperti halnya akulturasi antara Budaya Islam dengan Budaya Hindu-Jawa, yang kemudian menjadi Islam-Jawa yang begitu khas dan kental dengan kejawen, Tradisi Yahudi-Kristen juga berakulturasi dengan Tradisi Roma, menghasilkan sintesa yang kita kenal sebagai Budaya dan Tradisi Kristen Modern yang dapat kita lihat paling jelas pada Ke-Paus-an Katholik Roma. Salah satu bentuk akulturasi budaya Yahudi Kristen-Pagan Romawi tersebut adalah Perayaan Hari Lahir Yesus Kristus pada tanggal 25 Desember yang mulai diresmikan oleh Gereja Katholik Roma pada abad ke-4 M. Itulah sekelumit Sejarah Natal dan Tanggal 25 Desember dalam Kekristenan.

Dalam perjalanan Epos Sejarah Bangsa ‘Garuda’ Indonesia, tanggal 25 Desember juga menyimpan suatu makna yang amat berarti dan mendalam. Karena pada tanggal 25 Desember di tahun 1912 inilah, untuk pertama kalinya terbentuk sebuah konsep idealisme dan gagasan yang bernama: Ke-INDONESIA-An. Insan Muda Indonesia mendukung agar tanggal 25 Desember segera ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Hari Lahirnya Konsep Ke-INDONESIA-an.

Bandung, 25 Desember 1912
Indische Partij (Partai Hindia) didirikan oleh E.F.E Douwes Dekker, Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Soewardi Soerjaningrat, yang lebih dikenal dalam Sejarah Indonesia sebagai Tiga-Serangkai. Pada tanggal 25 Desember 1912, ini juga diadakan rapat umum (vergadering) yang pertama kalinya dalam Sejarah Pergerakan Bangsa Indonesia seperti digambarkan dengan begitu gagah oleh Takashi Shiraishi dalam bukunya: Zaman Bergerak, Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926: “… vergadering IP [Indische Partij] yang dibuat Douwes Dekker di Bandung pada 25 Desember, yang mungkin merupakan vergadering politik pertama di Hindia… begitu sukses sehingga aksi vergadering menjadi ciri yang paling menonjol dari gerakan…”

Memang Sejarah tidak mencatatat Indische Partij sebagai Organisasi Pertama yang didirikan oleh Bangsa Indonesia. Indische Partij didirikan baru pada 25 Desember 1912, terentang masa 4 tahun dengan didirikannya Boedi Oetomo (BO) di tahun 1908 oleh Mahasiswa Kedokteran STOVIA di Batavia, dan SDI (Sarekat Dagang Islamiyah) oleh R.M. Tirtoadhisoerjo di Bogor pada tahun 1909. Namun Indische Partij tercatat sebagai organisasi pertama menggunakan sebuah kata ‘Indische’ (Hindia) dan menggunakan format Partai Politik untuk Organisasinya. Pada masa itu, istilah ‘Indonesia’ belum dikenal dalam kosakata, dimana wilayah Indonesia masa kini yang merupakan jajahan kolonial Belanda yang diberi nama oleh Sang Penjajah Belanda sebagai Hindia-Belanda (Netherlands-Indie).

Nama Hindia (India) amat jamak digunakan oleh para kolonisator pada masa itu. Hal ini berkaitan dengan asal mula Kolonialisme yang berakar dari Penjelajahan Samudra yang dilakukan oleh para Conquistador Eropa di masa lalu seperti Columbus, Magellan, Vasco Da Gama, Pizzaro, Cortez, Cornelis De Houtman, dll. dalam mencari sumber rempah-rempah, yang mereka percayai berasal dari kepulauan India. Inggris yang menjadi koloni Inggris dinamai British-India, demikian juga Kepulauan Nusantara, yang berhasil ditaklukkan sepenuhnya setelah selesainya rangkaian Perang-Perang Kolonial (Perang Diponegoro, Perang Padri, Perang Aceh, dsb) pada awal 1900-an, dinamai Netherlands-Indie (Hindia Belanda) oleh sang kolonialis penjajah, Kerajaan Belanda.

Adalah Indische Partij (Partai Hindia) yang pertama kali menggunakan nama Hindia, karena memang Indische Partij mempunyai sebuah cita-cita dan gagasan yang merupakan cikal-bakal dari Ke-INDONESIA-an, yang jauh melampaui Boedi Oetomo (BO) dan Sarikat Dagang Islamijah (SDI). BO membatasi keanggotanya (hanya) pada lapisan atas Bangsawan dan Priyayi Jawa (saja), dan bertujuan untuk membangun kembali Kejayaan Kebudayaan Jawa (saja) dan mengikat tali-silaturahmi antara sesama kelas darah-biru Jawa (saja), sementara SDI yang kemudian bermetamorfosis menjadi Sarikat Islam yang bertujuan mengadakan advokasi bagi (hanya) kepentingan kelompok agama Islam (saja). Indische Partij mempunyai visi-misi mendahului masanya, melampaui cakrawala pemikiran dan gagasan pada zamannya, bagaikan meteor yang melesat cepat jauh melampaui orbitnya. Indische Partij menawarkan gagasan yang baru lagi revolusioner dan brilyan pada masanya: Sebuah Konsep Ke-INDONESIA-an yang Plural, dimana dikemudian hari ide-ide Indische Partij telah mewujud dalam sistem Ketatanegaraan NKRI 17 Agustus 1945, yang berdasarkan BHINNEKA TUNGGAL IKA.



Indische Partij adalah Organisasi Pertama dalam Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia yang memakai bentuk Partai Politik untuk mencapai tujuannya. Dan adalah juga Indische Partij yang pertama mencantumkan kata Mencapai Kemerdekaan (Pemerintahan-Sendiri) sebagai Tujuan Organisasi secara tegas tertulis dalam Anggaran Dasarnya. Dan puncak dari kecanggihan idealisme, gagasan, dan cita-cita yang berani dipahatkan Indische Partij pertama kalinya dalam guratan Prasasti Besar Sejarah Bangsa Indonesia adalah membuka keangotaannya bagi semua anak-negeri yang mendiami wilayah Hindia, dan yang merasa dirinya sebagai bagian dari Hindia, tanpa memandang latar-belakang suku, etnisitas, ras, agama, dan golongan. Suatu Gagasan yang menjadi cikal-bakal Ke-INDONESIA-an: INDONESIA FOR INDONESIANS!

Apabila visi misi Kekristenan bagi para penganutnya adalah Kelahiran Kembali di Surga bersama Allah Bapa Sang Pencipta, dapat dicapai melalui penyerahan diri dan penerimaan pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat, dan realisasi dari ajaran wejangan Kristus Yesus dalam kehidupan sehari-hari para umat. Maka Insan Muda Indonesia, me-Yakin-i: bahwa visi misi Ke-INDONESIA-an bagi Seluruh Bangsa Indonesia adalah sebuah MIMPI INDONESIA (INDONESIAN DREAM), dimana INDONESIA mencapai PUNCAK KEJAYAAN-nya sebagai MERCU-SUAR DUNIA, sebagai repetisi sejarah masa Dinasti Majapahit lampau yang [akan dan harus] berulang. INDONESIAN DREAM ini BISA, PASTI BISA, dan HARUS BISA tercapai melalui Penerimaan pada KONSEP Ke-INDONESIA-an sebagai JURUSELAMAT, dan pengamalan dari nilai nilai KONSEP Ke-INDONESIA-an itu sebagai Kebiasaan dan Kebanggaan dalam tiap-tiap tindak, pikir, ucap, laku, dan kata. JURUSELAMAT bagi INDONESIA itu adalah sebuah konsep, sebuah gagasan, ide Ke-INDONESIA-an, dimana setiap individu yang lahir, besar, tinggal, dan hidup di negeri ini harus berpikir sebagai BANGSA INDONESIA, dengan meleburkan semua ego-ego dan identitas yang lebih sempit (agama, suku, ras, etnisitas, tribal, primordial, kelas ekonomi, dll sebagainya) untuk kemudian BERSATU menjadi satu bangunan yang lebih besar nan utuh bernama INDONESIA.

Konsep PERSATUAN dalam KONSEP Ke-INDONESIA-An yang digagas Tiga Serangkai melalui Indische Partij bagaikan iblis yang begitu menakutkan bagi rezim kolonial Hindia-Belanda. Sejak 25 Desember 1912, dua kali pengajuan Indische Partij kepada Pemerintah Hindia-Belanda untuk menjadi Badan Hukum ditolak mentah-mentah, dimana penolakan resmi dikeluarkan pada tanggal 11 Maret 1913, langsung oleh Gubernur Jenderal A.W.F Indenburg; yang menempati titik teratas kekuasaan penindas kolonial Kerajaan Belanda di Hindia (Indonesia) saat itu. Tiga Bulan sejak Pendirian dan Rapat Umum Indische Partij, tepatnya pada tanggal 31 Maret 1913, Tiga Serangkai ditangkap oleh Pemerintah Hindia-Belanda, untuk kemudian diasingkan ke Belanda. Indische Partij dinyatakan sebagai Partai Terlarang di seluruh yurisdiksi Hindia-Belanda. Iblis yang bernama INDONESIA itu telah diringkus oleh Kolonial Belanda, awalnya seakan Iblis itu seakan-akan telah berhasil ditundukkan oleh Sang Ratu, akan tetapi INDONESIA bukan Indische Partij, Boedi Oetomo, SDI, PNI, Indonesia Moeda, atau lain-lain organisasi berbentuk yang fana lainnya. INDONESIA adalah sebuah konsep, sebuah ide, gagasan, cita-cita, dan mimpi yang abadi dan niskala.

Akhirnya Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang mencoba menaklukkan Iblis tersebut menjadi pihak yang tertakluk dan ternista dalam Sejarah Kemanusiaan, dan Iblis INDONESIA tersebut menang dalam pertarungan di Panggung Sejarah. Mungkin Iblis sesungguhnya yang amat ditakuti Penjajah Belanda itu sebenarnya adalah angka 33. Kira-kira 33 tahun kemudian, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945, jam 10:00 Pagi, INDONESIA memproklamasikan dirinya.

Creedy : “Die! Die! Why won’t you die? … Why won’t you die?
V : “Beneath this mask there is more than flesh. Beneath this mask there is an idea,
Mr. Creedy, and ideas are bulletproof”.
‘V for Vendetta’ (Film / 2005)

Apabila Karl Marx (1808 – 1883) meyakini perulangan dari sejarah sebagai suatu orbit tanpa henti, maka Konsep Ke-INDONESIA-An yang sudah menjadi JURUSELAMAT yang membawa Kemerdekaan dalam Perang Bharatayudha antara Pandawa INDONESIA melawan Kurawa Penghisapan dan Penindasan Sistem Kolonialisme Belanda, akan kembali menjadi JURUSELAMAT yang membawa INDONESIA ke Puncak Kejayaannya, menjadi MERCU-SUAR DUNIA.

Wahai, Insan Muda Indonesia, dari Sabang Sampai Merauke, apakah engkau Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Taoist, Konghucu, Sosialis, Agnostik, atau bahkan Atheis, tak peduli engkau Jawa, Betawi, Tionghoa, Arab, Sunda, Menado, Papua, Batak; Bersatulah di bawah Baluran Sang Saka Merah Putih, untuk bersama-sama kita bersatu untuk meneriakkan mantra sakti mandraguna: BHINNEKKA TUNGGAL IKA, sambil berbaris dalam satu barisan menuju TAKDIR SEJARAH BANGSA GARUDA. Indonesia Pusaka, Tercinta Selamanya! Bagimu Jiwa dan Raga! PERSATUAN dan NASIONALISME akan membawa kita bersama kesana.

No comments:

Post a Comment