Sunday, February 14, 2010

Lagu Untuk Indonesia dari Doline Warnerin

Lagu untuk Indonesia dari Doline Warnerin

Jakarta, 7 Desember 2009

4 Agustus 1992, Pavello de la Mar Bella, Barcelona, Spanyol
Lagu Indonesia Raya berkumandang untuk pertama kalinya di Arena Olimpiade Barcelona 1992, setelah Susi Susanti berhasil meraih medali emas setelah. mengalahkan Bang Soo Hyun di Final Tunggal Putri untuk cabang olahraga Bulutangkis. Pada Olimpade Barcelona 1992 inilah Bulutangkis pertama kalinya dimasukkan sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan dalam kancah Olimpiade. Melalui layar kaca televisi, saya masih ingat saat-saat mengharukan itu, di kala Sang Saka Merah Putih dikibarkan dengan diiringi dengan lagu Indonesia Raya yang berkumandang gagah di angkasa raya gedung Pavello de la Mar Bella. Susi Susanti ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan perasaan yang begitu bangga campur haru, air mata mulai mengalir keluar membasahi mata turun ke pipinya sembari menggumamkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dari bibir tipisnya yang juga basah oleh air mata. Pertama kalinya anak bangsa Indonesia menorehkan sejarah di ajang Olimpiade, dan Susi Susanti begitu larut dalam euforia kemenangan, tidak sanggup menahan luapan emosi sentimentilnya setelah Lagu Indonesia Raya Berkumandang, menangis untuk pertama kalinya dalam ajang yang begitu bergengsi tersebut. Dari rumah saya di Jakarta, Indonesia, saya turut merasakan emosi, euforia, dan luapan nasionalisme yang begitu menggelegak memenuhi rongga dada saya. Saya bergetar di dalam rongga dada saya.

19 Desember 1948 Pagi, Desa Ngalihan, Solo
Sejumlah 12 orang yang ditangkap atas keterlibatan dalam Peristiwa Madiun (Madiun Affair), termasuk mantan Perdana Menteri Mr. Amir Sjarifoeddin, dieksekusi oleh TNI atas perintah Kolonel Gatot Subroto. Perisitwa Madiun (Madiun Affair) yang digerakkan oleh PKI / FDR (Front Demokrasi Rakyat), adalah merupakan suatu gerakan oposisi koreksi atas strategi Pemerintah RI dibawah Soekarno – Hatta saat itu yang lebih cenderung memilih jalan Diplomasi dan Perundingan dengan Belanda dalam Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasiakan tanggal 17 Agustus 1945. Pemerintah RI pada saat itu lebih memilih jalan Diplomasi dan Perundingan, yang pada saat itu dikenal dengan semboyan “From the Bullet to the Ballot” adalah sebagai kebijakan strategis dalam rangka membentuk opini publik Internasional yang lebih bersahabat dan mendukung pada Perjuangan Bangsa Indonesia. Berbeda pendapat dengan Pemerintah RI dibawah Soekarno – Hatta di Jakarta, Muso dan Amir Sjarifoeddin menggalang kekuatan oposisi koreksi atas kebijakan Pemerintah dengan melakukan fusi PKI / FDR. Pecahlah Peristiwa Madiun. Pemerintah RI pusat di Jakarta tidak dapat mentolelir dualisme kekuasaan saat itu, karena keselamatan NKRI sedang terancam dengan dilancarkannya Agresi Militer Belanda ke-2, sehingga mengambil keputusan tegas untuk mengadakan aksi militer menumpas PKI / FDR dan seluruh gerakan Peristiwa Madiun. Muso tewas tertembak. Amir Sjarifoeddin dan 11 orang lainnya yang tertangkap dieksekusi oleh TNI di Desa Ngalihan Solo pada pagi hari 19 Desember 1948. Sebelum mereka dieksekusi, mereka meminta pada tim eksekutor untuk memperbolehkan mereka menyanyikan lagu “Indonesia Raya”. Walau berbeda strategi perjuangan dengan Pemerintah Pusat yang pada saat itu dijalankan oleh Kabinet Hatta, mereka tetap merasa bangga sebagai Satu Bangsa yang baru lahir: Indonesia!

Kedua Mosaik Peristiwa Sejarah di atas terjadi pada ruang dan waktu yang terentang terpisah beda. Terentang jarak waktu 44 tahun, dan terpisah jarak ruang ribuan kilometer, Ngalihan, Solo, Indonesia dan Barcelona, Spanyol. Susi Susanti larut dalam euforia dan ekstasi perasaan bahagia, bangga, nan haru yang bercampur jadi satu. Sementara Amir Sjarifoeddin dan ke-11 orang yang dieksekusi di Ngalihan, Solo, terhujam dalam perasaan kalah, frustasi, dan takut dalam menghadapi ajal yang tinggal beberapa detik lagi! Namun mereka berbagi satu cerita: Sebuah Cerita tentang Kesetiaan pada Indonesia. Sebuah Cerita tentang Lagu untuk Indonesia. Betapa Lagu “Indonesia Raya” yang didaulat menjadi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya begitu sakral ketika dinyanyikan, sebagai lagu sumpah setia pada sebuah kebangsaan, sebuah negeri, sebelum ajal menjemput, dan betapa Lagu Indonesia Raya begitu agung ketika dikumandangkan di panggung dunia, sebagai lagu puja-puji kemenangan sebuah Bangsa, Indonesia!

28 Oktober 1928, , Malam Penutupan Kongres Pemuda II
Gedung Indonesische Clubgebouw
Lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan pada publik dengan hanya dengan permainan biola oleh sang penciptanya, WR Supratman di hadapan sekitar 1000 hadirin yang ikut berpartisipasi dalam sebuah peristiwa bersejarah Bangsa Indonesia yang kelak diperingati sebagai Sumpah Pemuda. Ch O Van Der Plas, Penasihat Urusan Pribumi dari Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda, dan seorang Komisaris Polisi yang hadir dalam Rapat tersebut melarang dinyanyikannya lagu tersebut setelah memeriksa teks lagu tersebut yang mengandung kata Indonesia. Pada saat itu kata Indonesia adalah sebuah kata yang amat diharamkan, dan bisa membuat sang pengucap masuk penjara tanpa proses hukum.

Lagu Indonesia Raya di kemudian hari
Setelah debutnya pada malam penutupan Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 teresebut, Lagu Indonesia Raya menjadi begitu terkenal di kalangan pergerakan kemerdekaan, dan menjadi lagu wajib yang selalu dinyanyikan pada saat partai-partai politik pergerakan kemerdekaan mengadakan kongres. Setelah Indonesia Merdeka, lagu tersebut ditetapkan sebagai Lagu Kebangsaan Republik Indonesia. Sayang, WR Supratman tidak sempat melihat penghargaan Bangsa Indonesia atas karyanya, karena ia telah meninggal di Surabaya pada tanggal 17 Agustus 1938, tepat 7 tahun sebelum Indonesia Merdeka.

Namun WR Supratman telah mengabadikan bukan hanya kreasi cipta, karya, karsa yang didasari oleh perasaan Nasionalisme dan Cinta Tanah Air yang begitu meledak-ledak dalam jiwanya. Ia juga telah mengabadikan seluruh hidupnya demi Indonesia. Lagu-lagu ciptaannya yang lain selain Indonesia Raya selalu bertemakan Nasionalisme, Kemerdekaan, dan Patriotisme seperti: Matahari Terbit, Di Timur Matahari, dan RA Kartini, membuatnya selalu jadi sasaran kejaran Polisi dan Intel Kolonial Hindia-Belanda. Bulan Agustus 1938, WR Supratman ditangkap oleh Polisi karena menyanyikan Lagu-lagu untuk Indonesia tersebut bersama dengan Pandu NIROM (Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschapij / Maskapai Radio Hindia Belanda) di Jalan Embon-Malang. Ia dijebloskan ke Penjara Kalisosok. Kondisi Penjara yang buruk membuat penyakit paru-parunya semakin kronis, dan Ia meninggal pada tanggal beberapa hari kemudian pada 17 Agustus 1938 di dalam Penjara, untuk kemudian dimakamkan di Pekuburan Kapas Kampung, Kenjeran, Surabaya. Sampai hari ini, Makam WR Supratman masih tegak berdiri setelah direnovasi oleh Pemerintah dan masih dapat dikunjungi oleh Generasi Muda Indonesia yang ingin menghayati sebuah totalitas seorang seniman musik untuk Indonesia.

27 November 2009, Insan Muda Indonesia Facebook Group Wall
Doline Warnerin, seorang putra Tasikmalaya, mempublikasikan lagu ciptaannya yang berjudul Insan Muda Indonesia di Insan Muda Indonesia Facebook Group Wall. Beberapa hari kemudian, Doline mengirimkan demo lagu yang dinyanyikannya sendiri dengan diiringi permainan alat musiknya ke email Insan Muda Indonesia. Doline begitu terinspirasi oleh Insan Muda Indonesia yang berikrar setia pada Ibu Pertiwi Indonesia untuk menegakkan kembali Nasionalisme, Patriotisme, dan Cinta Tanah Air di Indonesia Pusaka tercinta. Doline Warnerin bukanlah seorang sastrawan yang mahir memadukan kata-kata menjadi suatu simfoni narasi sebuah roman atau novel. Doline juga bukan seorang penyair yang piawai meracik bait bait patahan kata menjadi syair puisi yang merdu lagi menggugah ketika dideklamasikan. Doline adalah seorang seniman musik.

Ia menciptakan Lagu “Insan Muda Indonesia” sebagai wujud penghargaan terhadap Jejak Langkah Insan Muda Indonesia untuk menorehkan Sejarah Baru di Bumi Manusia Idnonesia, dimana Insan Muda Indonesia mencita-citakan Indonesia Raya dalam arti yang sesungguh-sungguhnya dan senyata-nyatanya. Sama seperti simpatisan Insan Muda Indonesia lainnya, Doline percaya dan meyakini bahwa Indonesia Raya nan Jaya bisa tercapai, Indonesia menjadi Mercu-Suar Dunia adalah sebuah Kepastian, apabila saya, kamu, dia, kami, mereka, kita semua, mulai hari ini berhenti berpikir sebagai individu, kelompok, suku, maupun agama, dan mulai melebur semua ego-ego sempit itu ke dalam mantra sakti mandraguna bernama Indonesia!

Doline Warnerin sama seperti WR Supratman telah melukiskan eskpresi cipta, rasa, karsa jiwanya melalui kreasi karya yang lahir dari hati tulus untuk mempersembahkan sesuatu, meskipun kecil, bagi Indonesia tercinta ini, yaitu Sebuah Lagu untuk Indonesia.

Emosi, Inspriasi, Harapan, Cita-cita yang terkandung dalam Lagu Untuk Indonesia yang diciptakan oleh WR Supratman telah berhasil menulari dan dirasai oleh Susi Susanti di Barcelona, Amir Sjarifoeddin, dan ke 11-orang lainnya di Desa Ngalihan, Solo. Walau terpaut ruang, waktu, dan konteks ketika mereka terlibat dengan Lagu Tersebut.

Semoga Substansi, Isi, Emosi, dan juga Idealisme dari Lagu “Insan Muda Indonesia” yang diciptakan oleh Doline Warnerin ini juga dapat menulari segenap Insan Muda Indonesia untuk tetap bersatu dalam gotong-royong untuk berkarya bagi Indonesia tercinta! Di Bawah Bendera Merah-Putih kita bersumpah setia selamanya!

Wahai Insan Muda Indonesia, marilah bersama kita wujudkan Indonesia Raya (The Great Indonesia). Merdeka!

No comments:

Post a Comment